Seberapa sering
Anda membaca buku? Berapa buku yang biasanya Anda baca dalam sebulan?
Saya punya perpustakaan dan cukup sering membeli buku. Tapi, saya
biasanya tidak menargetkan jumlah buku yang harus saya baca. Saya membaca
tergantung kebutuhan. Kalau sedang riset atau tertarik pada satu topik, saya
bisa membaca sampai sepuluh buku dalam sebulan. Tapi, kalau sedang santai,
paling-paling satu sebulan, dan bisa jadi bukan buku baru, melainkan mengulang
buku yang ingin saya baca lagi.
Buku apa yang
terakhir Anda baca, dan apa pendapat Anda tentang buku tersebut?
Saya baru membaca buku terjemahan The Life-Changing Magic of Tidying Up
oleh Mari Kondo yang baru saja diterbitkan oleh Bentang Pustaka. Versi Bahasa
Inggrisnya sudah lama saya miliki dan sudah berulangkali saya baca. Bagi saya
buku ini sangat penting untuk dimiliki siapa pun, bahkan sayalah yang mendorong
Bentang Pustaka untuk menerjemahkan buku tersebut ke dalam Bahasa Indonesia.
Apakah Anda lebih
memilih membaca buku atau karya sastra penulis dalam negeri atau luar negeri?
Apa alasannya?
Untuk sastra, saya tidak membeda-bedakan penulis luar atau dalam negeri.
Kalau memang tertarik, akan saya beli
dan baca. Tapi untuk buku-buku nonfiksi, karena kebanyakan topik yang saya suka
tidak ditulis oleh penulis lokal, kebanyakan isi perpustakaan saya adalah karya
penulis luar negeri.
Jenis buku apa
yang lebih suka Anda baca: fiksi atau nonfiksi? Apa alasannya?
Nonfiksi. Membaca fiksi bagi saya lebih ke hiburan, atau sekadar
memperkaya referensi gaya menulis. Sementara modus saya dalam membaca pada
umumnya adalah mencari informasi. Saya mendapatkannya tentu lebih banyak dari
buku nonfiksi. Akibatnya, koleksi saya lebih banyak nonfiksi ketimbang fiksi.
Siapa pengarang
atau penulis buku favorit Anda saat beranjak dewasa?
Karena kebanyakan yang saya suka adalah nonfiksi, sementara jawaban
pertanyaan seperti di atas ekspektasinya biasanya adalah penulis fiksi, jadi
agak sulit saya jawab. Dari penulis nonfiksi, saya banyak mengoleksi buku-buku
Richard Dawkins dan Graham Hancock. Namun, salah satu buku yang berkesan bagi
saya saat mulai kuliah adalah kumpulan puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi
Djoko Damono, saya masih mengagumi isi buku itu hingga kini.
Apakah Anda punya
pengalaman berkesan yang berhubungan dengan membaca suatu buku?
Tahun 1999 akhir saya membaca Conversation With God (buku yang nomor 2)
oleh Neale Donald Walsch, dan momen itu mengubah hidup saya selamanya. Banyak
pertanyaan saya yang terjawab sekaligus tercipta penelusuran baru yang
sekaligus membuka gerbang-gerbang pemahaman baru, khususnya mengenai
spiritualitas.
Buku apa yang Anda
rekomendasikan untuk dibaca oleh generasi muda masa kini, dan kenapa?
Bagi saya membaca adalah pengalaman personal. Saya tidak punya buku
rekomendasi. Tapi saya ingin sekali menganjurkan siapa pun untuk membaca apa
pun yang mereka suka. Kita bisa memulai dari mana saja. Dari komik, dari
teenlit, dari chicklit, dari buku sastra, dari buku nonfiksi, apa saja. Membaca
adalah otot yang bisa terus berkembang jika kita latih. Untuk melatihnya yang
penting adalah minat awal. Jadi, mulailah dari mana saja. Selera membaca akan
terbentuk dan terbangun dengan sendirinya.
Apa pendapat Anda
mengenai minat baca buku yang relatif rendah di kalangan generasi muda
Indonesia? Menurut Anda, apa saja faktor yang menyebabkan hal tersebut?
Banyak faktor. Distraksi media sosial, harga buku yang tidak murah, dan
juga kultur membaca yang memang belum berakar di masyarakat bertradisi lisan
seperti kita. Buku bukan keperluan urgen bagi banyak orang. Informasi iya, tapi
kini orang bisa mendapatkannya tidak hanya dari buku.
Apa saja yang ingin Anda lakukan untuk meningkatkan minat membaca buku
di kalangan generasi muda Indonesia?
Terus melakukan apa yang bisa saya lakukan, yakni berkarya. Saya sering
berbicara di kampus-kampus, dan pesan saya selalu sama, jadikan kegiatan
menulis dan membaca itu seperti napas, tarik-embus, keduanya harus dilakukan
agar seimbang. Kalau kita ingin memperkaya tulisan kita, ya, harus banyak
membaca. Namun, tidak semua orang punya ketertarikan untuk menulis. Tanpa
senang menulis, orang tetap bisa menikmati bacaan. Yang bisa saya lakukan
adalah menulis sebaik mungkin sehingga moga-moga saya para pembaca yang membaca
tulisan saya semakin tertarik untuk menggali informasi baru dan meneruskan ke
bacaan lain.
Bisakah Anda
memberikan kutipan yang mengajak pembaca CosmoGIRL agar lebih semangat dan
lebih tertarik membaca buku?
Jika kita memberi asupan nutrisi kepada tubuh lewat makanan, maka
membaca adalah cara kita memberi asupan nutrisi kepada pikiran dan batin.
Sebagaimana tubuh memiliki otot yang bisa berkembang, membaca adalah otot yang
harus dilatih agar pikiran berkembang.