Monday, May 9, 2016

Harian SINDO | Steller | April, 2016 | By Binti Mufarida


Apa yang asiknya membuat konten lewat Steller?

Kalau saya melihat output Steller ini menyerupai semacam mini e-book. Isinya tentu beragam, bisa hanya gambar saja atau teks saja, atau campuran keduanya. Kalau dilihat demikian, maka sebagaimana kita merancang sebuah buku, ada tema sinambung yang harus mengaitkan setiap halaman. Bagi saya, itu yang menarik sekaligus mengasyikkan. Kita bisa menyuguhkan sebuah karya kecil ketimbang hanya posting satu foto dengan teks pendamping. 

Apa keunikan Steller dibandingkan platform lain?

Di Steller, kita semacam disuguhi berbagai buku mini dengan bermacam topik. Jadi, tentu kontennya lebih elaboratif ketimbang satu foto di Instagram, misalnya. Atau satu posting di Twitter. Di Steller, kita bisa menggabungkan berbagai macam material dan menjahitnya menjadi satu konten yang utuh.

Sejauh ini, apakah membuat konten di Steller termasuk susah atau mudah? Alasannya?

Saya rasa itu kembali ke masing-masing pengguna dan kadar keseriusannya. Bagi saya, membuat konten di Steller itu susah, karena saya ingin menghadirkan konten yang optimal dari segi cerita dan gambar. Bagi saya, seminggu sekali sudah cukup untuk posting (kadang lebih lama). Saya lebih mengutamakan kualitas ketimbang kuantitas. Namun, tentu nggak semua pengguna Steller berpikir serupa, dan itu sah-sah saja. Yang bikin hanya sehalaman dua halaman juga banyak. Saya rasa, itu kembali ke kebebasan dan tujuan masing-masing pengguna.