Jika kamu adalah
sebuah novel, kamu ingin ditulis oleh siapa? Kenapa kamu memilih pengarang itu?
Enid Blyton, karena saya akan disuguhi banyak sekali
limun jahe.
Jika memiliki
kesempatan untuk berpacaran dengan sebuah kata, kamu ingin berpacaran dengan
kata apa? Boleh tahu alasannya?
Energi, karena energi tidak bisa dimusnahkan.
Jika membaca sebuah
buku akan membuat usiamu bertambah 5 tahun, dan semakin banyak membaca buku
artinya kamu akan semakin cepat tua, apakah kamu masih tetap ingin membaca
buku? Kalau masih, kenapa kamu nekat sekali?
Saya akan berhenti dan gantinya akan menulis saja. Saya
lebih bisa hidup tanpa membaca ketimbang tanpa menulis. Sumber inspirasi tidak
semata dari buku. Jika diamati dengan jernih dan jeli, hidup ini sebenarnya
adalah buku besar yang tak akan habis dibaca.
Jika writer’s block
mendatangimu dalam wujud manusia, apa yang akan kamu lakukan terhadapnya?
Mengusirnya dengan sapu, menendangnya ke jurang, menghajarnya sampai
babak-belur, atau apa?
Akan saya ajak bicara baik-baik, saya suguhi teh panas
dan kue-kue kecil. Writer’s block itu cuma ingin didengarkan saja maunya apa.
Nanti setelah dia puas curhat, dia akan pergi dengan sendirinya.
Dilawan cuma buang-buang tenaga. Dalam curhatnya,
writer’s block biasanya membawa pesan terselubung bagi kita, sebuah paket
pembelajaran. Kalau kita dengarkan dengan baik dan pesan darinya sampai, justru
kita yang beroleh manfaat.
Jika salah satu
tokoh fiksimu diberi kesempatan untuk hidup menjadi manusia sungguhan, siapa
yang akan kamu pilih? Bisikkan kepada kami kenapa kamu memilihnya. Kami janji
tidak akan memberi tahu siapa-siapa.
Toni alias Mpret. Dia manusia yang sangat berguna,
apalagi di era digital seperti ini, sangatlah menyenangkan jika punya tech support yang bisa diandalkan.
Apalagi Toni itu orang yang sangat setia kawan. Di lain sisi, dia juga orang
yang low-maintenance, nggak banyak
tuntutan, dan mandiri. Berkawan dengan dia sama sekali tidak merepotkan.
Jika pada suatu
hari Puisi menghubungimu melalui telefon, Cerpen mengirim pesan kepadamu
melalui email, dan Novel mengetuk pintu rumahmu berkali-kali, mana yang lebih
dulu ingin kamu tanggapi? Semua hal itu berlangsung dalam waktu bersamaan.
Saya akan dahulukan novel. Saya menyukai kerja yang
panjang, cerita yang kompleks, dan jika bicara pasar, novel punya prospek pasar
yang lebih bagus dibandingkan puisi dan cerpen.
Jika kamu diberi
kesempatan oleh Presiden untuk menghapus 3 kata yang terdapat di KBBI,
kata-kata apa saja yang akan kamu pilih untuk dihapus? Tenang, kami tidak akan
menanyakan alasannya.
Mangkus, sangkil, dan gegara. Yang terakhir tidak ada di
KBBI, tapi saya ingin sekali menghapusnya dari percakapan media sosial.
Jika saat ini kamu
sedang duduk bersama Dave Eggers dan Ana Castillo pada jamuan makan malam,
kira-kira apa yang akan kamu bicarakan bersama mereka?
Saya pernah jamuan makan malam bersama Vikram Seth dan
Sebastian Faulks. Satu hal yang saya amati adalah, dalam kesempatan seperti
itu, biasanya yang terjadi justru pembicaraan dengan topik umum, bukan teknik
menulis, bukan pula proses kreatif. Pada kesempatan seperti itu, yang kita
dapatkan biasanya adalah persona mereka sebagai “manusia biasa”, bukan kreator.
Jadi, dengan Dave Eggers barangkali saya hanya akan menikmati humor dan
kecerkasannya, yang saya harap terefleksi dalam persona kesehariannya jika
ditemui langsung (bisa jadi ia lucu ketika menulis saja). Dengan Ana Castillo,
mungkin saya akan bicara hal yang umum seputar kultur Amerika Latin dan mungkin
dia ingin tahu tentang kultur Indonesia. Sejujurnya, jika boleh memilih, saya
lebih memilih kesempatan mengobrol dengan para penulis nonfiksi yang menjadi
referensi saya, seperti Graham Hancock dan Amit Goswami.
Jika kamu adalah
manusia paling jujur sedunia, tolong katakan kepada kami, judul buku apa yang
paling ingin kamu singkirkan di muka bumi ini.
Tidak ada. Dan, itu jawaban jujur. Saya menghargai adanya
buku yang tidak saya suka sama halnya dengan kehadiran buku yang saya suka.
Buku yang tidak saya suka perlu ada agar saya bisa tahu jangan sampai saya
menulis seperti itu. Itu kompas yang sama penting dengan buku-buku yang saya
suka.
Jika semua tanya-jawab
ini adalah mimpi, menurutmu apakah ini termasuk mimpi indah atau mimpi buruk?
Mimpi indah. Saya selalu suka jika hal-hal abstrak
seperti ide dianalogikan seperti makhluk konkret. Justru dengan cara seperti
inilah kita bisa lebih memahami yang abstrak.
Terima kasih banyak
atas jawaban-jawabannya. Semoga tanya-jawab ini bisa memantik imajinasi dan
kreativitas bagi mereka yang membacanya.
Terima kasih sama-sama untuk wawancara yang menarik.