Simangunsong Sisters
Bagaimana ide awalnya bisa
tercetus untuk kumpul kembali ?
Sebenarnya
nggak ada konsep “kumpul kembali” sih, karena secara formal kami memang nggak
pernah menjadi satu group. Tapi dari kecil kami sering nyanyi bareng dan
bermusik bareng. Kami saling membantu kalau satu sama lain bikin album solo
atau proyek musik. Kami juga pernah ikut group vokal dan paduan suara
bareng-bareng. Cuma memang yang jarang terjadi adalah kami bernyanyi untuk
publik (umum) dengan tema di luar dari Natal / acara keluarga. Dan itu akhirnya
kejadian di acara Tribute to Carpenters yang diadakan oleh @America.
Mengapa memilih The
Carpenters sebagai perform awal untuk tampil ?
Itu
pun sebetulnya bukan kami yang pilih. Salah satu kurator @America, Chico
Hindarto, berteman baik dengan Imel, dan Chico terpikir untuk mengadakan
Tribute to Carpenters sebagai salah satu program spesial @America. Chico lalu
menghubungi Imel dan menanyakan apakah kami bertiga, sebagai bersaudara, mau
tampil membawakan lagu-lagu Carpenters. Setelah ada tanggal yang kosong,
akhirnya Imel mengiyakan. Bagi kami sih sebetulnya bukan Carpenters-nya yang
utama, cuma pengalaman nyanyi bareng untuk publik umumlah yang menjadikan
tawaran itu menarik.
Dengan kesibukan
masing-masing yang berbeda dan superpadat, bagaimanakah kalian mengatur
scheduling untuk latihan akhirnya tampil?
Terus
terang latihan agak minim karena kesibukan masing-masing, terutama Arina yang
super sibuk dengan Mocca, plus kami sudah tidak tinggal sekota. Jadi, kami
latihan waktu kumpul keluarga pas Natal 2014, lalu pas Arina ada acara di
Jakarta, Imel menyengajakan pergi ke Jakarta untuk latihan bareng. Kami latihan
di rumah saya di BSD, sudah bareng dengan para pemusik tambahan, Jesse (drum)
dan Chaka (bass), termasuk suami saya, Reza, yang “ditodong” jadi pianis tamu.
Berikutnya, kami langsung ketemu di @America pas sound-check. Jadi, agak mepet
memang. Untungnya beberapa lagu sudah familier karena sering dengar dari
kecil.
Ke depan, akankah kalian
akan lebih sering tampil bersama seperti ini?
Ide
itu menarik sih untuk dieksplorasi, yang jelas hanya bisa dilakukan kalau Arina
sedang berada di Indonesia. Mudah-mudahan acara @America tempo lalu jadi pemicu
untuk kesempatan tampil lainnya.
Sejauh mana The Carpenters
menginspirasi kalian ?
Sejujurnya
kami nggak pernah (setidaknya saya) merasa ngefans amat sama Carpenters, tapi
setelah kami mengulik lagu-lagunya, ternyata banyak sekali lagu mereka yang
sudah kami mainkan sejak kecil tanpa sadar. Banyak lagu Carpenters menjadi
lagu-lagu pelajaran waktu kami les musik. Dan, Carpenters juga banyak
menyanyikan lagu-lagu orang lain, termasuk lagu-lagu yang kami suka, seperti
lagunya Jim Henson “Rainbow Connection”, lagunya Joe Raposo “Sing”, dan lagunya
Neil Sedaka “Solitaire”. Di luar itu, lagu-lagu yang ditulis oleh Richard
Carpenters-nya sendiri memang banyak yang bagus. Dan gara-gara ngulik untuk
acara tempo hari, saya jadi mengapresiasi ulang kepiawaiannya menulis lagu.
Gelombang
Setelah merilis Novel
Supernova #5 : Gelombang, adakah rencana untuk kembali bermusik ?
Ada,
tapi saya kayaknya ingin mendahulukan menyelesaikan Supernova 6, setidaknya
sampai manuskripnya selesai, baru bisa fokus ke proyek-proyek kreatif lain.
Nggak bisa disambi.
Adakah plan untuk kembali
mengadakan reuni bersama RSD ?
Sejauh
ini belum. Kalau hanya untuk show saja sebenarnya kami terbuka, tapi memang
kesempatannya belum ada.
Sejauh mana musik
mempengaruhi seorang Dee untuk berkarya dalam menulis?
Sangat
berpengaruh. Dan itu awalnya tidak saya sadari. Tapi semakin ke sini, saya
makin sadar bahwa cara saya menulis dan menyusun kalimat itu sangat terpengaruh
dengan bunyi dan tempo. Bagi saya kalimat yang dibacanya enak itu adalah
kalimat yang juga enak dibunyikan, punya ritme, dan temponya pas dengan
keseluruhan cerita. Feeling semacam itu saya dapatkan dari bermusik.
Siapa musisi saat ini yang
menginspirasi Anda?
Saya selalu suka dengan singer/songwriter
yang liriknya bagus. Dari dulu saya senangnya ya seputar Sarah McLachlan dan
Indigo Girls. Yang agak baru saya suka Corrine May dan Sara Barreiles. Dari
Indonesia, saya lagi suka Tulus.