1. Semua sutradara yang terlibat dalam film Rectoverso adalah sutradara baru bahkan beberapa di antaranya baru pertama kali menyutradarai. Bagaimana ekspektasi Mbak Dee terhadap film ini? Apakah sempat muncul keraguan? Jika ya bagaimana berkompromi dengan hal tersebut? Rectoverso adalah buku yang cukup
fenomenal. Di tangan sutradara baru tentu ada risikonya. Apa yang membuat mba
berani mengambil risiko 'melepas' karya ini di tangan sutradara baru? Bisa
diceritakan prosesnya?
Jadi,
awalnya Marcella menghubungi saya untuk minta ide cerita. Dia sudah punya
konsep ingin membuat film omnibus tentang cinta dengan lima sutradara. Saya
bilang bahwa saya lagi nggak ada ide baru, tapi saya punya kumpulan cerita yang
barangkali sejalan dengan idenya. Saya lalu mengirimkan buku Rectoverso untuk
dia baca. Ternyata Marcella suka. Jadi, sejak awal saya tidak ada masalah
dengan sutradara baru, dsb. Saya malah senang ada yang tertarik mengapresiasi
Rectoverso dan ingin menjadikannya film. Yang saya tahu Marcella dan rumah
produksinya adalah perusahaan profesional dan punya visi yang bagus. Bagi saya
itu cukup.
2. Sejauh apa keterlibatan Mbak dalam film ini apakah penulisan skenario di bawah supervisi Mbak Dee semua atau seperti apa? Mengapa tidak menulis sendiri seperti di Perahu Kertas?
2. Sejauh apa keterlibatan Mbak dalam film ini apakah penulisan skenario di bawah supervisi Mbak Dee semua atau seperti apa? Mengapa tidak menulis sendiri seperti di Perahu Kertas?
Setelah
selesai menulis skenario Perahu Kertas, saya kemudian menulis Supernova ke-4,
Partikel. Jadi, saat itu saya sudah berkomitmen untuk tidak terlibat dalam
proyek penulisan apa pun di luar buku saya sendiri. Karenanya saya tidak terlibat
dalam skenario film-film dari buku saya lainnya, seperti Rectoverso ataupun
Madre. Saya hanya meluangkan waktu untuk membaca draft-nya, kemudian memberikan
masukan. Sebatas itu saja. Supervisinya tidak formal, tapi lebih seperti
konsultan informal.
3. Hal apa yang menjadi prioritas perhatian utama mbak Dee dalam proses pembuatan film ini apakah setting tempat/ lokasi atau skenarionya atau pemeran utamanya? Mengapa?
Untuk
Rectoverso yang sulit adalah membangun strukturnya, karena Rectoverso terdiri
dari lima cerita yang berbeda dengan kekuatan filmis yang juga tidak sana.
Selain itu, cara penyajian omnibus, kan, bermacam-macam. Tantangannya adalah
mencari yang paling sesuai untuk kebutuhan film, dan bagaimana agar kekuatan
maupun kelemahan tiap bagian bisa saling mengisi dan menguatkan. Dan saya tahu
Marcella meluangkan waktu cukup panjang untuk membangun struktur cerita di
proses editing. Jadi, proses terlama dan paling menantang dari Rectoverso
adalah editing-nya.
4. Setelah lewat buku dan album, adakah pesan baru yang ingin disampaikan Rectoverso lewat film? Adakah pesan yang kurang tersampaikan sebelumnya? Bisa diceritakan?
Dalam
film, terjadi pengembangan cerita. Karena format bukunya kumpulan cerpen, jadi
banyak pengembangan yang bisa dimungkinkan ketika dijadikan film. Aspek cerita
yang sifatnya abstrak jadi lebih riil dan nyata. Misalnya saja, di Rectoverso
saya tidak menggunakan nama tokoh sama sekali. Dalam film, tentu itu tidak
mungkin. Jadi, ada pengembangan nama, latar belakang, dsb. Kalau benang merah
dan pesannya, sih, tetap sama. Rectoverso bercerita tentang cinta yang tak
terucap.